DENPASAR - Buruknya kualitas lingkungan salah satunya akibat sampah. Perilaku pola lama pengelolaan sampah yaitu, kumpul, angkut dan buang. Pola ini terbukti tak menyelesaikan masalah sampah secara komprehensif Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sebagai penampungan sampah dipastikan tak akan bertahan lama mengingat terbatasnya lahan. Terlebih di TPA sampah tak terkelola yang acap memicu bau busuk.
Kemudian isu lingkungan di Indonesia belum banyak mendapatkan ruang di redaksi media (cetak, elektronik, online). Agenda redaksi media belum banyak berpihak pada isu lingkungan. Fenomena ini dapat disimak pada pemberitaan-pemberitaan yang disajikan media terhadap masalah lingkungan.
Ekspose yang lazim disajikan pihak media hanya mengungkapkan akibat kerusakan lingkungan bukan kepada penyebabnya. Pihak media masih dominan menunjukkan sikap reaktif yang bersifat sesaat, seperti isu politik, ekonomi dan demokratisasi dan memarginalkan isu-isu dan persoalan lingkungan hidup.
Baca juga:
Satpol PP Padang Amankan 5 Pemandu Karaoke
|
Dalam acara workshop dan deklarasi Jaringan Jurnalis Peduli Sampah (J2PS) yang dilaksanakan di Denpasar, (22/08/2022), Agustinus Apollonaris K Daton selaku Ketua Panitia mengatakan saatnya Jurnalis mendorong untuk kepedulian Jurnalis peduli sampah.
"Kita tahu sedikit sekali Jurnalis memberitakan tentang sampah, hanya beberapa saat lalu saja karena menyambut G20. Yang menganut tema Green Energy Green Ekonomi, "sebutnya salam sambutannya, di Ballroom Quest San Hotel Denpasar.
Walaupun adanya regulasi dan pelaksanaan fasilitasi dan stimulasi pengumpulan sampah dengan pola 3R (reduce, reuse, recycle) berbasis masyarakat sudah berjalan, namun fakta menunjukkan masalah sampah terus dikeluhkan masyarakat.
Dalam sambutan Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, M.Si., (Cok Ace) juga mengatakan bahwa desa adat harus berperan aktif dalam menjaga lingkungan di sekitarnya.
"Paradigma yang lalu (kumpul angkut buang) dalam sampah haruslah berubah, pemangku kepentingan di desa wajib membuat perarem atau peraturan untuk mewujudkan Bali merdeka Sampah, "sebutnya dengan diakhiri dengan pemukulan gong.
Kehadiran produsen seperti Danone-AQUA sebagai salah satu pembicara dalam workshop menunjukan komitmennya dalam menjalankan Permen 75 Tahun 2019 tentang,
'Peta Jalan Pengurangan Sampah Oleh Produsen'
Sebagai pelopor dalam penerapan ekonomi sirkular di Indonesia, Danone-AQUA memiliki komitmen mendukung berbagai lini ekosistem pengumpulan kemasan plastik. Danone AQUA telah mengedukasi terwujudnya ekonomi sirkular selama bertahun-tahun dan telah berhasil mengumpulkan lebih banyak plastik pasca konsumsi yang digunakan di Bali.
Juga memberikan dukungan bagi para pelaku daur ulang plastik di sektor UKM seperti mendirikan Recyling Business Unit serta turut serta memfasilitasi pembangunan TPST.
Sedangkan Bali Waste Cycle (BWC) dengan tagline Solusi Sampah Bali, sebagai salah satu pelaku daur ulang yang konsisten dan komitmen dalam melakukan edukasi berbasis komunitas serta melakukan pengumpulan dan pengolahan segala jenis sampah plastik baik yang bernilai ekonomis dan yang low value (yang tidak ekonomis) dan dianggap residu.
Peran NGO (non-governmental organization) juga menjadi penting terhadap proses edukasi dan sosialisasi ke masyarakat terhadap solusi dari permasalahan sampah plastik.
Program advokasi daur ulang sampah plastik Yok Yok Ayok Daur Ulang (YYADU) yang diinisiasi oleh PT Trinseo Materials Indonesia yang juga didukung olch organisasi seperti Respponsible Care Indonesia.
Program ini telah banyak melakukan kegiatan edukasi melalui rangkaian seminar dan webinar di kota-kota besar mulai dari Jakarta, Bandung, Tegal, hingga Denpasar, Bali untuk mendorong kegiatan daur ulang sampah plastik demi mencapai ekonomi sirkular dan merubah perilaku masyarakat terhadap perlakuan sampah plastik. (Tim)